Dari Labuan Bajo menuju Danau Kelimutu

Akhir petualangan kami di lautan ditandai dengan bersandarnya kapal kami di pelabuhan Labuan Bajo. Sebelum turun dari kapal, kami berkumpul bersama-sama di bagian depan kapal untuk melakukan pengecekan barang-barang kami dan saling mengucapkan selamat tinggal kepada para traveller dan juga para crew kapal.

Setelah turun dari kapal, kami pun berjalan ke luar pelabuhan untuk mencari lokasi tempat kami akan menginap dengan mengandalkan mbah Google Map.
Kami telah membooked homestay yang akan kami tempati nantinya di Labuan Bajo mengingat kami melakukan perjalanan pada high season dan Labuan Bajo adalah salah satu tempat favorit pada summer holiday. Melalui booking.com kami menemukan nama Bajo Nature Backpackers. Hostel ini menawarkan harga Rp 100.000 perbed permalamnya dengan breakfast . Setelah membandingkan dengan beberapa hostel lainnya, kami pun memutuskan untuk menginap di sana.

Jarak dari pelabuhan menuju hostel sebenarnya sangat dekat, tapi kami yang sudah kehabisan tenaga memutuskan untuk naik ojek. Kami membayar Rp.10.000 untuk masing-masing ojek (3 ojek) dan sempat kebablasan karena ternyata tukang ojeknya tidak tau tempatnya. Papan nama hostel juga tidak terlalu kelihatan karena ternyata mereka sedang melakukan renovasi di beberapa tempat ketika kami datang.



Sesampainya di hostel, kami langsung menemui mas dan mbak Front Desk dan membayar biaya penginapan kami untuk satu malam. Setelah menyelasaikan masalah administrasi, kami pun langsung menuju ke ruangan tempat kami menginap. Bentuk ruangan di hostel ini seperti asrama dimana dalam satu ruangan terdapat beberapa tempat tidur tingkat. Walaupun dalam satu ruangan terdapat beberapa orang yang menginap, tempat ini sangat tenang dan nyaman. Mereka sangat menjaga kebersihan ruangan dan juga kamar mandi. Untuk masalah penyimpanan barang, teman-teman jangan khawatir karena mereka memiliki tempat penyimpanan barang lengkap dengan kunci kombinasi.

Setelah kami beristirahat dan mandi, kami pun keluar untuk mencari makan malam. Karena kami sangat lapar, kami pun memutuskan untuk makan malam di restaurant tepat di sebelah hostel tempat kami menginap. Makan malam kala itu menjadi makan malam terlezat kami setelah perjalanan laut yang kami tempuh dengan makanan seadanya setiap harinya 😄

Puas bercengkrama dan kenyang dengan makanan yang kami santap, kami berjalan-jalan di seputaran hostel untuk mengetahui apa saja yang ada di sekitar kami. Di sini kita harus agak berhati-hati kalau berjalan di pinggir jalan besar karena banyak kendaraan melaju dengan cukup kencang dan seringkali mengagetkan dengan bunyi klakson yang membahana. Di sepanjang jalan terdapat banyak toko baju, toko assesoris, tempat persewaan alat selam, tour and travell, dan berbagai macam restaurant. Bagi kalian yang mau mengambil paket wisata untuk Labuan Bajo, Pulau Komodo dan sekitarnya, kalian bisa mendapatkan berbagai penawaran di sini dengan harga yang bersaing. Jangan takut untuk bertanya ya...

Setelah merasa cukup lelah, kami pun kembali ke hostel untuk merencanakan perjalanan kami esok harinya. Kami membeli tiket pesawat dari Labuan Bajo menuju Ende dengan harga Rp300ribuan dengan menggunakan maskapai Wings Air. Tidak lupa kami mencari tau informasi mengenai transportasi yang akan kami gunakan menuju bandara untuk keesokan harinya. Di hostel tempat kami menginap ternyata juga menyediakan layanan antar ke bandara. Harga yang diberikan kepada kami yaitu Rp 100.000

Keesokan harinya kami pun berangkat menuju Bandar Udara Komodo dan bersiap meninggalkan Labuan Bajo. Ketika kami hendak masuk ke ruang tunggu dan melewati security check point, mata kami tertuju pada botol-botol minuman yang isinya sudah digantikan dengan pasir. Terdorong oleh rasa penasaran, kami pun menanyakan kepada petugas mengapa botol-botol berisi pasir itu diletakkan disini. Seorang petugas menjawab kami sambil tersenyum, "Itu kami ambil dari lokal traveler yang ambil pasir itu dari Pantai Pink. Tidak tau itu mau dibikin apa. Saya heran kenapa orang kita sendiri yang bikin begini. Lama-lama kalau dibiarkan bisa merusak pantai kita."
Sejujurnya hal ini juga membuat kami tidak habis pikir dengan apa yang para traveler itu lakukan.
Be a wise traveler guys! Love our earth!

Setelah menunggu selama 2 jam di bandara, pesawat yang kami tumpangi pun siap lepas landas meninggalkan Labuan Bajo. Waktu tempuh yang diperlukan untuk menuju Ende adalah 1 jam. Sebelum mencapai Ende, kami mengalami beberapa kali turbulensi karena cuaca yang agak mendung ketika itu. Saat akan mendekati Ende, kami disajikan dengan pemandangan perbukitan yang begitu indah. Indonesia memang indah...

Sebelum mendarat di Ende, salah satu teman kami sempat bercakap-cakap dengan salah satu penumpang yang merupakan warga lokal disana. Dari dia kami mendapatkan informasi mengenai ongkos mobil dari Ende menuju Moni (desa dekat Danau Kelimutu) yaitu sebesar Rp 60.000 perorang.

Setelah kami semua mendapatkan bagasi kami, kami pun keluar dari terminal kedatangan dan mencari kendaraan yang akan kami gunakan menuju Moni. Ternyata di luar sana telah menunggu orang-orang yang siap menawarkan transportasi dengan menggunakan mobil-mobil pribadi. Melihat kami yang datang dengan tampang backpacker, kami pun tidak luput dari upaya tawar menawar tersebut. Ketika kami menyebutkan nama Moni sebagai tujuan kami, mereka pun dengan semangat memberikan harga yang buat kami cukup fantastis. Ada yang menawarkan kami harga Rp 600.000 kemudian menurunkan menjadi Rp 500.000 untuk sekali jalan. Namun kami tetap berkeras dengan harga Rp 60.000/orang. Namun tidak ada satupun dari mereka yang mau dengan harga itu. Kami pun berinisiatif untuk mencari traveler lain yang akan pergi ke Moni dan menawarkan sharing cost untuk mobil yang akan kami tumpangi. Kami pun mendapatkan 3 orang turis asing yang akan menuju Moni dan bersepakat untuk membayar Rp 70.000/orang.

HMPerjalanan menuju Moni menjadi salah satu perjalanan yang cukup menyenangkan buat kami. Supir yang membawa kami sangat ramah dan menawarkan kami untuk berhenti di beberapa spot cantik untuk sekedar mengambil foto.


HM

HM
Kami membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam untuk mencapai Moni dengan jalan berliku-liku yang sangat indah. Ketika kami tiba di Moni, kami disambut dengan udara dingin yang membuat saya nyaris menggigil. Hujan mengguyur desa ini sepanjang hari sebelum kami tiba. Udara di tempat ini memang cukup dingin dan ditambah dengan hujan, maka lengkaplah dingin syahdu malam itu.




Di Moni kami menginap di Watugana Bungalow milik Pak John. Teman-teman dapat memesan kamar ini melalui traveloka.com untuk memudahkan mengatur perjalanan teman-teman. Melalui Pak John kami juga mendapatkan transportasi untuk ke Danau Kelimutu. Perorang akan dikenakan biaya sebesar Rp 100.000 dan perjalanan akan dimulai pukul 04:00 pagi hari.

Setelah berisitirahat sejenak di homestay yang telah kami kembali mengumpulkan tenaga mencari santapan untuk makan malam. Ada beberapa restaurant yang berjajar cantik di sepanjang jalan desa ini. Jadi jangan takut kelaparan ya...

Tepat pukul 04:00 kami pun berangkat menuju Danau Kelimutu. Sepanjang jalan kami tidak bisa melihat apapun karena saat itu masih gelap dan berkabut. Sesampainya gerbang menuju danau, sudah terdapat banyak antrian pengunjung di sana.

Papan Penunjuk Jalan 
Untuk mencapai Danau Kelimutu kami harus berjalan kaki lagi sejauh 1 KM dengan membawa senter karena tidak ada penerangan di sepanjang jalan menuju danau. Perjalanan ini menjadi sebuah perjuangan besar untuk saya karena udara yang sangat dingin dan jalanan yang menanjak. Dengan semangat dari teman-teman kesayangan, saya pun berhasil mencapai spot tertinggi untuk menyaksikan matahari terbit.




Menunggu matahari terbit di Danau Kelimutu membutuhkan kesabaran dan banyak doa agar tidak terjadi hujan pagi itu. Namun kabut tebal sempat menutupi matahari saat itu.

Ketika matahari mulai muncul malu-malu, kami pun bersorak kegirangan. Namun momen itu hanya berlansung beberapa detik dan kabut tebal kembali menutupinya. Tapi sudah cukup merasa senang pagi itu. Ini pengalaman yang berbeda dengan pengalaman mengejar sunrise sebelumnya.


Kembali kepada keindahan Danau Kelimutu...
Ternyata danau ini juga menyimpan cerita. Hal ini dapat kita lihat pada batu-batu yang bertuliskan mengenai cerita Danau Kelimutu.

Budayakan membaca apapun yang ada disekitarmu ya ketika kamu melakukan perjalanan. Ada banyak hal menarik yang bisa kamu temukan di sana.






credit : HM

credit : HM

Buat teman-teman yang pengen minum minuman panas ketika di atas, jangan khawatir karena ada beberapa pedagang yang berjualan di atas. Mereka juga menjajakan mie instant dalam kemasan dan juga beberapa kain tenun asli dari NTT. Jadi jangan takut lapar dan haus.

Salam kaki panjang,
HM


Komentar

Postingan Populer